Langsung ke konten utama

Eksistensi Maleo sebagai Penjaga Hutan Sulawesi Tengah

 


Uap panas dari secangkir kopi membuat saya menutup mata. Menarik nafas sejenak menikmati perpaduan wanginya kopi bintang khas sulawesi dan udara sejuk Rano Kalimpaa. Mata seketika terbuka. Embun menutupi sejauh mata memandang. Udara dingin mulai menusuk ke sela – sela kulit. Tidak mungkin tempat seindah dan sehijau ini tanpa penjagaan makhluk hidup lainnya. Saya terdiam dan mulai berfikir. Saya mulai menyeruput kopi yang sedari tadi tergenggam untuk menghangatkan tubuh.

 

Rano Kalimpaa dan Satwa Andalannya

Disebuah pelosok daerah bekas aksi terorisme terjadi. Rano Kalimpaa atau populer dengan sebutan danau tambing merupakan telaga eksotis yang memiliki luas 1.700 meter diatas permukaan laut. Dengan balutan hutan yang asri dan lebat, kawasan ini menjadi salah satu habitat bagi flora dan fauna endemik sulawesi. Danau ini merupakan objek wisata yang masuk dalam kawasan Taman nasional Lore Lindu, Sulawesi Tengah.

Dokumentasi pribadi

Dokumentasi pribadi

Taman Nasional Lore Lindu yang terkenal dengan arca dan batu berukirnya ini mencakup dua wilayah di Sulawesi tengah yaitu Kabupaten Sigi dan Poso. Uniknya, dari sekian banyak satwa endemik yang hidup di hutan sulawesi,  ada lebih dari 260 spesies burung yang tersebar dikawasan Taman Nasional Lore Lindu dan 30% diantaranya merupakan endemik sulawesi. Pesona danau tambing mampu memanjakan mata dengan berbagai spesies burung yang ada sehingga populer untuk mereka yang ingin melakukan pengamatan burung.

Berpindah ke sisi yang tak begitu jauh dari Rano Kalimpaa, ada satu spesies burung endemik sulawesi yang menawan dengan bentuknya cukup unik. Kepalanya berwarna hitam dengan jambul yang nampak cukup keras diatas kepalanya. Paruhnya kekuningan dan badannya juga cukup besar dibandingkan burung-burung pada umumnya. Burung ini suka menggali tanah. Selalu ada bunyi kii....kii.... yang melengking dan cukup keras. Barangkali burung ini sedang berbahagia atau tengah menyatukan suara dengan alam.

 

Mengenal Maleo si Burung Bermahkota



Macrocephalon Maleo, satwa endemik sulawesi yang cukup langka. Salah satu spesies burung yang punya kebiasaan unik yaitu bertelur dipasir yang hangat. Setiap kali bertelur, maleo hanya menghasilkan satu butir telur. Namun, maleo bisa bertelur beberapa kali dalam setahun bergantung pada ketersediaan sarang bertelur di alam. Dan yang uniknya lagi, telur maleo bisa mencapai 5 hingga 7 kali lipat lebih besar dari telur ayam.

National Geographic Indonesia telah merilis beberapa artikel yang mengemukakan pengamatannya terhadap Maleo. Dalam artikenya mengungkapkan bahwa Maleo merupakan burung yang setia kepada pasangannya. Bagaimana tidak, ketika si betina sudah siap untuk bertelur, pasangan Maleo akan berjalan kaki berkilo-kilo meter jauhnya ke tempat bertelur komunal. Tempat itu biasanya terletak di pesisir pantai, atau di dekat mata air panas di dalam hutan.

Sumber : wartacelebes.id

Secara bergantian sepasang Maleo akan membongkar pasir hingga berbentuk lubang besar dengan kedalaman 50-100 cm. Maleo betina kemudian akan diam di dalam lubang untuk bertelur, sementara sang jantan akan mengawasi situasi sekitar.

Sumber: detik.com

Burung yang didominasi oleh warna hitam keabu-abuan ini tidak mengerami telurnya. Mereka justru akan mengubur telurnya dengan menggali lubang, menutupnya kembali dengan pasir hingga menetas sendiri. Suhu 32-35 derajat celcius menjadi kunci telur maleo bisa bertahan dan menetas.

 

Populasi Maleo Yang Nyaris Hilang

Sejauh saya menelusuri, satwa ini sudah sulit untuk ditemukan. Maleo sangat bergantung pada ekosistem hutan yang alami sehingga mereka bisa berkembang biak dan bertahan hidup. Populasinya semakin menurun akibat maraknya perburuan serta habitat yang mulai rusak. Kebiasan maleo yang tidak mengerami telurnya yang telah terkubur didalam tanah membuat banyak jari – jari kotor yang ingin mengambil telur tersebut untuk kepentingan pribadi. Belum lagi hukum alam yang membuat predator banyak yang memangsa telur maleo.

Sumber : betahita.id

Dalam Peraturan Pemerintah nomor 7 tahun 1999, Maleo masuk dalam daftar satwa yang dilindungi. Satwa ini juga termasuk dalam daftar burung dengan kategori langka dan dilindungi secara internasional oleh lembaga konservasi dunia.

Badan konservasi International Union for Conservation of Nature (IUCN) memasukkan maleo dalam kategori Endagered atau hampir punah. Hal sama juga dilakukan oleh lembaga perlindungan satwa langka, Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora atau CITES dengan memasukkan maleo dalam kategori Appendix 1 atau tidak boleh ditangkap dan diperdagangkan karena statusnya di alam bebas hampir punah.

 

Keberlangsungan Ekosistem Hutan Dengan Maleo

Bagaikan sepasang baju dan celana yang saling melengkapi, keberadaan maleo pada alam sangatlah penting. Kebiasaan burung dengan panjang tubuh 50-60 cm ini dinilai mampu menjaga ekosistem hutan tetap terawat. Hampir sama seperti burung pada umumnya, setiap benih – benih yang telah tercerna dari perut maleo akan tersebar di berbagai tempat. Hal ini membantu penanaman dan penyebaran tanaman baru sehingga penting untuk keberlanjutan hutan.

Sumber : ksdasulsel.menlhk.go.id

Tidak hanya manusia, Maleo juga memiliki sensitifitas yang tinggi terhadap habitatnya. Jika habitatnya telah terkontaminasi dengan kerusakan alam maka keberlangsungan hidup maleo juga akan menurun. Karena mereka merasa terancam sehingga sulit untuk berkembang biak. Padahal, kebiasaan maleo menggali tanah untuk menanam telurnya merupakan salah satu bentuk dekomposisi bahan organik yang memperbaiki kesuburan tanah.


Upaya Konservasi Di Tempat Asal

Alam bebas menjadi habitat paling aman bagi satwa termasuk bagi Maleo. Karena telah masuk kategori hampir punah, maleo membutuhkan upaya konservasi. Membantu proses berkembang biaknya dan kembali menempatkan mereka pada habitat yang sesuai agar saling menjaga ekosistem.

Meskipun di beberapa wilayah di Indonesia masih bisa ditemukan spesies burung bermahkota ini, ya namanya juga endemik sulawesi, Maleo tentu berkeliaran dan lebih banyak ditemukan di hutan yang ada di pulau sulawesi.

Sumber : luwukpost.id

Sulawesi tengah yang dilewati garis khatulistiwa masih menyimpan banyak penyumbang oksigen kita yang terawat dengan baik. Itu sebabnya maleo juga bisa ditemukan di beberapa kawasan hutan di sulawesi tengah. Namun, lalu lalangnya maleo dihutan tidak menjamin mereka bisa berkembang biak dengan baik. Sehingga untuk menghindarkan bahaya bagi telur maleo adalah dengan membawanya ke pusat penangkaran yang sudah tersedia. Setiap tempat penangkaran diawasi langsung oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA).

Dibentuknya pusat konservasi maleo yang tersebar di beberapa kabupaten yaitu Morowali, Banggai, Sigi dan Poso adalah bukti bahwa keseimbangan alam dengan kehadiran maleo sangatlah berpengaruh. Upaya pelestarian dengan membangun sistem penangkaran merupakan solusi untuk meningkatkan populasi maleo dari kepunahan.

 

Bagaimana Penangkaran Maleo Dilakukan

Sumber : google

Selalu ada jejak yang ditinggalkan oleh makhluk hidup yang senang menggali tanah ini. Para penjaga konservasi burung maleo akan mencari telur di hutan untuk dibawa ke sistem penangkaran semi alami yang dibuat. Setelah dibawa ke penangkaran, Telur – telur Maleo akan langsung ditanam di dalam lubang ukuran tertentu dengan kondisi dibuat mirip seperti di hutan. Semua dilakukan dengan hati – hati karena bisa berpengaruh pada telur yang telah ditanam.

Masa penangkaran telur maleo berlangsung 65-95 hari. Setelah menetas, anak maleo berumur dua bulan sudah bisa dilepas ke alam bebas. Selanjutnya, satwa itu akan hidup dan berkembang biak di dalam hutan.

 

Lestarinya Maleo Dari Penangkaran

Upaya konservasi maleo dengan membangun penangkaran telah membuahkan hasil. Beberapa kawasan penangkaran maleo yang ada di sulawesi tengah telah menjadi bukti.. Pusat Konservasi Eksitu Maleo DSLNG merupakan fasilitas konservasi Maleo di luar habitat alaminya yang pertama di dunia dan telah mendapatkan apresiasi dari badan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang membidangi lingkungan hidup yaitu United Nations Environment Programme (UNEP). Sudah hampir 11 tahun lamanya, dan DSLNG telah melepasliarkan 127 anakan Maleo ke Suaka Margasatwa Bakiriang, salah satu tempat terakhir dimana populasi maleo masih bertahan di Kabupaten Banggai.

Sumber : beritabanggai.com

Selain itu, Data Taman Nasional Lore Lindu pada Desember 2019 menyebutkan, populasi burung maleo di alam bebas dalam wilayah tersebut sudah lebih dari 1.000 ekor. Ada 100 hingga 150 telur yang mampu dikembangbiakkan di penangkaran tersebut. Setiap bulannya ada 10-15 ekor anak maleo hasil penangkaran dilepaskan ke alam bebas. Berputar bagaikan roda, hasil penangkaran terus bertambah dan sangat membantu melestarikan satwa endemik ini.

 

Eratnya Masyarakat dengan Maleo

Telur maleo punya makna yang mendalam bagi keberlangsungan hidup masyarakat dan ekosistem alam di Sulawesi Tengah. Di Kabupaten Banggai laut, setiap akhir tahun tradisi Malabot Tumpe sebagai rangkaian festival tumbe dilaksanakan. Tradisi ini merupakan upacara adat yang dilakukan masyarakat adat batui dan banggai untuk menjemput telur burung Maleo ke keraton kerajaan banggai.

Sumber : koropak.co.id

Sumber: 1001indonesia.net

Telur maleo dianggap sebagai simbol kesuburan dan kelangsungan hidup. Selain itu, juga melambangkan hubungan antara manusia dan alam khususnya bagaimana masyarakat lokal menghormati dan menjaga keseimbangan alam.

Dengan hubungan yang begitu erat ini, peran masyarakat sangat membantu pemerintah dalam melestarikan maleo. Telur maleo yang mereka gunakan sebagian besar akan diberikan kepada pusat konservasi untuk dikembangbiakkan. Selain itu, mereka merawat hutan dengan begitu baiknya hingga maleo merasa aman untuk berada di kawasan tersebut. Dengan begitu, maleo akan tetap eksis dan menjadi identitas bagi masyarakat sulawesi khususnya di Sulawesi Tengah.

 

Kesadaran Akan Pentingnya Merawat Ekosistem

Flora dan Fauna yang beranekaragam adalah kesatuan komponen alam dengan peran ekologis. Kini mata saya fokus pada sebuah video yang terputar di laptop. Suara dan hembusan asap rokok disekeliling saya tidak menghalangi untuk mengamati satwa endemik sulawesi ini. Begitu indah melihat burung maleo bisa bebas beraktivitas di hutan. Mereka bertelur, makan atau sekadar menggali tanah. Pohon – pohon menjulang di hutan itu juga hadir karena peran serta maleo.

Menyayangi mereka adalah dengan cara membiarkan mereka menjalankan perannya di alam”

Forum bumi yang diselenggarakan yayasan KEHATI membuka mata saya terhadap luasnya bumi kita dengan beragam makhluk hidup yang mendiaminya. Sehatnya kita karena oksigen yang diberikan oleh alam. Kenyangnya kita karena terasupi oleh flora dan fauna yang bergizi. Maka kenapa kita tidak membiarkan mereka memainkan perannya di alam bebas yang memang menjadi tempat teraman untuk bernaung.   

Semoga keberlangsungan hidup burung maleo yang tersebar khususnya di Sulawesi Tengah bisa menurunkan statusnya sebagai satwa hampir punah.

 

 

Sumber Data

https://sulteng.antaranews.com/berita/41129/penangkaran-maleo-di-sigi-pusat-pendidikan-konservasi

https://sulteng.antaranews.com/berita/271149/melihat-lebih-dekat-pusat-konservasi-eksitu-maleo-pt-donggi-senoro-lng

https://palu.tribunnews.com/2024/11/19/pusat-konservasi-maleo-dslng-satu-dekade-setia-menjaga-maleo-di-timur-sulawesi

https://nationalgeographic.grid.id/read/13301876/menengok-habitat-burung-maleo-pecinta-setia-yang-hampir-punah

https://reyginawisataindonesia.blogspot.com/2016/08/mengintip-penangkaran-maleo-dan-danau-tambing-di-taman-nasional-lore-lindu.html

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mau Jadi Pribadi Hebat? Inilah Tips Meniti Karir Yang Sukses Di Masa Depan

sumber gambar (loker.id) Setiap Manusia yang dilahirkan ke bumi ini pasti memiliki keinginan untuk sukses. Kesuksesan yang tidak hanya berupa materi saja namun juga dapat berupa non materi. Adapun untuk menjadi pribadi yang berhasil tidaklah segampang mengucapkannya. seperti kata pepatah bahwa sukses itu tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Maksud dari pepatah tersebut ialah bahwa untuk menjadi orang yang hebat dan berhasil perlu adanya usaha yang keras untuk bisa mewujudkannya.    Thomas Alfa edison harus mengulang percobaannya hingga 9.998 kali sampai akhirnya sukses menciptakan lampu pijar yang menyala dengan sangat terang di percobaan ke-9.999. Bayangkan saja berapa lama waktu yang ia habiskan untuk melakukan penelitian tersebut namun Edison tidak pernah menyerah dan terus berusaha dan yakin bahwa ia akan berhasil melakukan percobaannya dan berhasil. Beda halnya dengan zaman seperti sekarang dimana bisa kita lihat bagaimana semua orang ingin menjadi suks...

ASUS Vivobook S14 – Laptop AI 2025, Sahabat Kerja Jurnalis di Era Digital

Bayangkan kamu lagi duduk di kafe, deadline menumpuk, sinyal Wi-Fi pas-pasan, dan suara bising di sekeliling bikin susah fokus. Tapi kamu harus tetap ngetik naskah, edit gambar, sambil dikejar waktu tayang. Di sinilah teknologi jadi penyelamat. Lebih dari sekadar alat bantu, teknologi khususnya kecerdasan buatan atau AI kini jadi partner kerja yang bisa diandalkan, apalagi buat profesi jurnalis yang kerjaannya serba cepat dan multitasking . Kita sekarang hidup di masa di mana AI tidak hanya nurut sama perintah manusia, tapi juga bisa belajar sendiri, adaptif, dan bahkan bisa bantu ambil keputusan. Di dunia jurnalis, kehadiran AI jadi game changer . Mulai dari bantu bikin ringkasan berita, analisa tren di media sosial, sampai menyaring hoaks semuanya bisa lebih cepat dan efisien. Dan buat ngimbangin semua itu, pastinya dibutuhkan perangkat yang bisa diajak lari sekencang tuntutan kerja kita. Di sinilah ASUSVivobook S14 masuk jadi solusi. Laptop ini bukan cuma stylish dan ringan...