Apakah aku membuat tulisan ini dengan sengaja? Ataukah alam menuntunku agar menjadi saksi kehidupan bumi saat ini? Apapun itu, surat ini kupersembahkan untuk diriku, bumiku dan hutanku setengah abad mendatang.
Kondisi Bumi dan Hutanku Saat Ini
Tahun 2021, sebuah awal baru bagi bangsa Indonesia. Setelah setahun lebih covid-19 menetap dan tak pasti kapan kepergiannya tiba. Kini aktivitas terlihat biasa saja, namun ada perubahan besar yang tampak asing. Setiap insan berjalan menggunakan masker, tangki air dan sabun terlihat dimana - mana, sebagian orang sibuk menyemprotkan cairan di tangan dan barang - barangnya. Seperti itulah kehidupan manusia saat ini, jauh lebih menjaga kebersihan diri dan lingkungannya dibandingkan tahun - tahun sebelumnya. Siapa sangka ini akan terjadi? Akupun masih tak percaya peradaban dunia berubah drastis karena sebuah virus. Tapi apa boleh buat, selama kita masih diberikan kesehatan untuk menjaga diri dan lingkungan, aku yakin kedepannya akan semakin membaik.
Kemarin aku mendengar kabar bahwa terjadi penebangan pohon sembarangan dan kebakaran hutan yang ekstrim di Kalimantan. Udara seketika mencekam akibat gumpalan asap. Bumi yang semula hijau kini kian tandus. Aku tak tahu harus bereaksi seperti apa. Apakah aku harus diam menyaksikan hutan yang akan terbakar habis atau bertindak untuk menghentikan tindakan kejam ini agar tidak terjadi lagi. Aku hanya manusia biasa, tak punya kekuatan besar untuk menghentikan bumi yang terus ditindas. Volume hutan kian menipis, oknum tak bertanggung jawab malah semakin untung. Dan inilah aku, menulis surat sebagai bukti bahwa aku dan setiap orang bisa mengembalikan kehidupan bumi yang asri seperti sedia kala.
Aktivitasku untuk Bumi Dan Hutan
Aku awali cerita sederhana ini dengan cuplikan percakapan antara aku dan mama didepan teras rumah sembari menyeruput teh wangi andalan kami.
“Ma, untuk apasih tanaman banyak begini. Yang ada bikin penuh halaman rumah saja” Ucapku pada mama yang sibuk mengatur tanaman di samping rumah.
“Harusnya kita bersyukur pada tanaman - tanaman ini karena mereka yang memberikan kita udara segar dan pangan yang sehat untuk dikonsumsi” Jawabnya
“Tapikan lebay. Tanaman mama udah banyak banget sampai motor sulit masuk kehalaman. Orang - orang nggak gini amat dirumahnya” Ucapku dengan sebal
“Kan hasilnya juga kita yang rasakan. Bisa makan sehat, hirup udara segar dan yang paling penting kita punya aset untuk generasi selanjutnya.” Jelas mama
Ya seperti itulah bincang sore aku dan mama setiap harinya. Sampai bosan aku dibuat mama karena tidak pernah berhenti menumbuhkan pohon dan tanaman - tanaman hias di halaman rumah. Bukan karena aku tidak suka tetapi kami hampir kehabisan lahan untuk memarkir kendaraan. Sebegitu cintanya ia dengan alam. Padahal disekeliling rumahku tak banyak tumbuhan yang berjejeran. Yang ada hanya dipenuhi kendaraan mereka saja.
Aku memang terlihat menyepelekan tumbuhan yang ada disekitarku. Entah itu milik Mama atau bukan, aku seolah tidak peduli dan hanya mementingkan egoku semata. Ya, orang lain terlihat biasa saja menebang pohon, menginjak tanaman, membakar hutan dan aktivitas non-moral lainnya. Harusnya aku juga tidak perlu memperhatikan hal - hal seperti itu. Tapi sungguh semua yang terbesik dibenakku adalah sebuah kesalahan besar yang merugikan diriku dan banyak orang lainnya.
Orantuaku adalah sosok yang mulai mengenalkanku pada hutan. Ia mengajakku ketempat yang dipenuhi berbagai macam pepohonan yang banyak menghasilkan buah. Ia juga mengatakan bahwa aktivitas masyarakat yang tinggal baik disekitar hutan maupun tidak tetap membutuhkan hutan yang lebat. Bayangkan saja, setiap tahun, ada berapa banyak keluarga yang terpenuhi kebutuhannya dengan memanfaatkan hasil dari pepohonan tersebut. Pepohonan dapat tumbuh hingga ratusan tahun dan semua manusia di bumi tahu itu. Jika saat ini pepohonan habis untuk sebuah kebutuhan jangka pendek manusia, maka berapa banyak masyarakat dan hewan yang tinggal disana mengalami kerugian? Padahal mereka telah merawat dan menjaga hutan tersebut sedemikian rupa. Tapi jika uang mengubah segalanya, maka apa yang bisa kita lakukan?
Oleh karena itu, aku bertekad untuk mulai mencintai bumi dengan melakukan perubahan kecil disekitarku. Dengan berbekal ilmu yang kudapatkan dari berbagai referensi, juga pengalaman tentang pepohonan yang aku dapatkan dari orangtuaku, aku mulai bertindak.
Apa yang aku lakukan? Aku coba melakukan adopsi bibit pohon. Dengan begitu, aku telah memberikan sumbangsi kecilku untuk program reforestasi yang merupakan dukungan untuk membeli bibit pohon asli dari kalimantan, penanaman dan pemeliharaan hingga dua tahun.
Adopsi pohon sama dengan meninggalkan jejak hijau kita dibumi. Pohon yang kita adopsi tidak hanya berguna untuk menyumbang oksigen, menyerap karbon, tetapi juga mendukung ekonomi masyarakat yang tinggal disekitar hutan. Kita juga memberikan habitat dan sumber makanan yang layak bagi hewan - hewan yang tinggal disana.
Selama pohon tersebut tumbuh dan berkembang hingga puluhan tahun yang akan datang, selama itu juga kita telah meninggalkan bumi menjadi lebih hijau dan lebat sama seperti puluhan tahun sebelumnya. Kesadaran masyarakat yang mulai memperhatikan bumi dan hutan yang perlu kita wariskan untuk generasi mendatang akhirnya memberikan perkembangan yang pesat terutama dalam mengadopsi bibit pohon ini. Karena kita tidak tahu kapan Sang Pencipta akan memanggil, aku akan berusaha mewariskan hutan yang luas lewat aksi dan surat cintaku ini.
Pesanku Untuk Diriku, Bumiku dan Hutanku di Masa Depan
Aku ingin berucap maaf pada diriku karena sudah menyepelekan hutan yang merupakan sumber kehidupan terbesar manusia. Untuk bumiku yang menjadi tempat aku berpijak selama ini. Dan untuk hutanku yang sudah menghidupi seluruh insan manusia dibumi dengan keanekaragamanmu.
Aku juga berterima kasih karena mungkin saja kalian yang membaca tulisan ini tersentuh dan mulai melakukan hal yang sama seperti yang aku lakukan. Tindakan ini akan menjadi Amal Jariyah bagi kita yang terus mendapatkan ungkapan syukur dari siapapun yang merasakan manfaatnya. Mari sisihkan sedikit penghasilan kita untuk mengadopsi bibit pohon karena ia tak akan sebanding dengan hasil yang akan kita rasakan.
Setengah abad mendatang, akan lebih banyak permasalahan yang mungkin saja mempengaruhi bumi. Oleh karena itu, mari kita bersama merubah bumi kita menjadi lebat dan segar kembali agar kejadian yang menimpa kita seperti tahun 2020 tidak terulang kembali. Karena manusia dan makhluk hidup lainnya diciptakan seimbang untuk saling menjaga dan memberikan manfaat sampai berabad - abad mendatang.




Komentar
Posting Komentar